Sudah lama gak nulis di blog ini, kesibukan lain membuatku sejenak melupakannya. Padahal selama semester ke 2 ini banyak hal menarik yang ingin saya bagi dengan teman-teman semua. Saya cicil ya. Di bawah ini adalah cerita pengalaman belajar saya dengan siswa kelas 1 tahun pelajaran 2011-2012 lalu
**
Lagu “Aku Bisa”
yang dinyanyikan oleh AFI Junior All star mengiringi kedatangan siswa-siswa
saya pagi ini di kelas saya meskipun mereka sedikit terlambat datang dari kelas
sebelumnya. Karena di sekolah kami menggunakan sistem Moving Class, setiap
pergantian jam pelajaran siswa kami berpindah ke kelas berikutnya.
Aku bisa
Aku pasti bisa
Ku harus terus
berusaha
sayup-sayup saya
mendengar beberapa orang siswa mengikuti syair lagu tersebut. Tetapi dengan
terpaksa saya harus menghentikannya karena saya harus segera membuka pelajaran.
Setelah berdoa dan tilawah saya mengajukan pertanyaan kepada anak-anak
“Siapa yang
tahu, kira-kira kenapa ustdz memutar lagu ini?”
“Biar semangat”
“Agar kita tidak
mudah menyerah”
“Agar kita
bisa”, berbagai jawaban dilontarkan oleh
siswa-siswa saya.
Dari semua
jawaban itu, ada satu jawaban siswa yang menarik perhatian saya
“Karena kita mau
kuis ustdz, jadi kita harus berusaha untuk bisa”.
Ya hari ini
adalah jadwal kuis materi gerak lurus, seperti yang sudah saya sampaikan kepada
anak-anak minggu sebelumnya. Saya
berusaha memikirkan bagaimana caranya membuat anak-anak tidak tegang saat kuis.
Kalau bisa saya mengharapkan anak-anak menikmati kuis sehingga hasilnya bisa
bagus. Ide untuk memberikan reward
dan punishment saat kuis akhirnya menjadi pilihan saya. Dengan
mengadaptasi kuis rangking satu di Trans TV, jadilah pagi ini saya meminjam
LCD. Soal kuis saya buat dalam bentuk
presentasi /power point dan saya memberikan 3 peraturan kuis
- Siswa diberikan waktu 3 menit untuk menjawab satu soal (karena soalnya bentuk hitungan maka waktunya lebih lama)
- Siswa yang menjawab salah pada satu soal maka siswa tersebut harus rela untuk duduk di lantai sampai dia bisa menjawab soal berikutnya dengan benar
- Siswa yang menjawab dengan benar semua soal akan mendapatkan kartu hadiah yang dapat ditukarkan esok hari. Saya membuat kartu hadiah menggunakan kertas A4 yang dipotong kecil. Agar kelihatan menarik, saya memberikan gambar di salah satu sisi dengan mengambil gambar yang ada di komputer saya.
Gambar Kartu
Hadiah
|
Kuispun dimulai.
Anak-anak kelihatan cukup antusias mengikuti. Soal pertama berhasil dilewati
oleh semua siswa. Begitu juga soal kedua. Tapi di soal ketiga akhirnya keluar
kata-kata “yah, aku harus turun nih” ujar salah satu siswa.
“Ayo dong,
jawabanku harus benar” doa salah seorang siswa yang sudah duduk di lantai saat
saya akan membuka jawaban soal berikutnya.
“Dan jawabannya
adalah ..... 20m/s”
“Alhamdulillah...
jawabanku benar he..he..” ujar siswa tersebut gembira. Tapi tidak dengan teman
di sebelahnya “Yah... salah lagi deh ”
“Muhib bertahan
ya... Nanti hadiahnya bagi dua sama aku ” ujar Cecep yang harus gugur di soal
ke empat. Begitu juga dengan Wildan yang harus turun di soal ke enam. “Affan ..
nanti klo dapet, hadiahnya bagi aku ya”
Sampai soal
terakhir ada 4 siswa yang bertahan : Affan, Muhib, Afdal dan Rajab.
“Ayo Muhib...” Cecep tetap semangat mendukung
Muhib.
Wajah gembira
terlihat di wajah Affan, Muhib dan Afdal saat saya memberikan kartu hadiah kepada
mereka.
“Affan.. kamu
dapat gantungan ya?” tanya wildan ke Affan.
“Yang kecil
boleh buat aku ya” tambah wildan.
“Eh muhib kamu
dapat apa?” tanya Afdal
“Gambarnya sama
kok... berarti hadiahnya sama ya ustdz” tanya Afdal lagi.
Pertanyaan Afdal
membuat saya terdiam. Saat mengambil gambar tersebut saya tidak mengira bahwa
anak-anak akan menyangka bahwa hadiah yang akan mereka terima adalah sesuai
dengan gambar. Padahal hadiah yang saya sediakan hanya sebungkus biskuit.
Sayapun meminta maaf kepada anak-anak.
“Maaf ya. Hadiah
yang ustdz berikan bukan sesuai dengan gambar. Gambar itu hanya sebagai tanda
saja” kata saya sambil berniat di dalam hati bahwa lain kali saya harus lebih
hati-hati. Anak-anak ternyata sangat kritis.
“Yang dapat
kartu hadiah kok cuma tiga ya?” mungkin pertanyaan ini timbul di hati para
pembaca sekalian. Ya, ternyata Rajab
harus gagal di soal terakhir karena jawaban Rajab, satuannya salah. Tetap
berusaha ya Rajab. Masih banyak kesempatan lain. Buat anak-anak yang lain juga.
Tetap semangat ya.... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar